POLEWALI, Infosulbar.com – Menjelang Pilkada 2024, euforia dan harapan akan perubahan kembali mengemuka di tengah masyarakat. Muh. Sukri, seorang akademisi, mengingatkan bahwa Pilkada selalu menjadi momen yang dinanti-nantikan, di mana setiap lima tahun sekali rakyat diberikan kesempatan untuk memilih pemimpin yang diharapkan bisa membawa perubahan nyata. Senin, (26/8/2024)

Namun, Sukri menyoroti fenomena yang sudah sering terjadi dalam proses pergantian kepemimpinan ini. Menurutnya, di balik gegap gempita kampanye dan janji-janji yang disampaikan dengan penuh semangat, sering kali publik dihadapkan pada kenyataan yang mengecewakan. “Setiap ganti pemimpin, lagunya tetap sama saja, atau bahkan hanya sebatas hore-hore tanpa hasil yang nyata,” ujar Sukri dalam sebuah diskusi terbuka.

Janji Manis Kampanye dan Realitas Pemerintahan ; Sukri menyampaikan keprihatinannya terhadap siklus janji manis yang sering kali hanya menjadi cerita setelah pemimpin baru terpilih. Ia mengungkapkan bahwa meski para calon pemimpin berlomba-lomba menawarkan visi dan misi yang seolah-olah akan membawa daerah ke arah yang lebih baik, kenyataannya sering kali jauh dari harapan.

“Alih-alih perubahan signifikan, yang kita dapatkan justru kebijakan yang sama seperti pemimpin sebelumnya, atau malah hanya perayaan-perayaan simbolis yang tidak menyentuh akar permasalahan,” katanya. Korupsi yang tetap marak, infrastruktur yang terbengkalai, dan pelayanan publik yang berjalan di tempat menjadi bukti nyata bahwa pergantian pemimpin kerap kali hanya menjadi seremoni tanpa dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.

Tantangan Sistem yang Mengakar: Fenomena “lagu sama saja” ini, menurut Sukri, mencerminkan betapa sulitnya mengubah sistem yang sudah mengakar. Terlepas dari siapa yang duduk di kursi kekuasaan, banyak pemimpin yang akhirnya terjebak dalam rutinitas birokrasi dan politik yang sama, tanpa mampu menghadirkan inovasi atau perubahan yang berarti. “Ini adalah tantangan bagi setiap pemimpin yang ingin membuat perbedaan,” tegasnya.

Harapan dan Tuntutan Rakyat: Namun demikian, Sukri menegaskan bahwa sebagai rakyat, kita tidak boleh menyerah. Ia mengajak masyarakat untuk lebih kritis dalam memilih pemimpin, bukan hanya berdasarkan popularitas atau janji kampanye yang manis, tetapi juga berdasarkan rekam jejak dan kemampuan nyata untuk membuat perubahan. “Pilkada seharusnya bukan hanya menjadi ajang hore-hore atau pesta demokrasi yang hanya meriah di permukaan. Kita perlu memastikan bahwa setiap pemimpin yang terpilih benar-benar bekerja untuk rakyat dan membawa perubahan yang nyata,” ujarnya.

Menghindari Siklus yang Sama: Sukri menutup dengan pesan yang kuat, mengingatkan bahwa jika masyarakat tetap memilih dengan cara yang sama dan berharap hasil yang berbeda, maka kita hanya akan terus terjebak dalam siklus yang sama. “Mari jadikan Pilkada sebagai momen untuk bergerak maju, bukan hanya berhenti pada selebrasi, tetapi melangkah menuju perubahan yang sejati,” tutupnya.

Dengan pesan yang jelas ini, Muh. Sukri mengajak seluruh masyarakat Polewali Mandar untuk menyikapi Pilkada dengan serius dan menjadikannya sebagai momentum untuk perubahan yang lebih baik. Pilkada bukan hanya soal memilih pemimpin, tapi juga tentang menentukan arah masa depan daerah ini.

(*Mull)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *