Polewali, Infosulbar.com – Mandar Siamasei Sulawesi Barat (MSSB) Peduli kembali menunjukkan kepeduliannya dengan menyalurkan bantuan sembako kepada Ibu Marni, warga Dusun Baruga, Desa Batetangnga, Kecamatan Binuang. Bantuan ini diberikan pada Minggu Siang setelah kisah Ibu Marni viral di media sosial. Minggu (30/6/2024)
Koordinator MSSB Peduli, Masril, mengungkapkan bahwa penyaluran bantuan kali ini dilakukan berdasarkan informasi yang mereka peroleh dari media sosial.
“Kami mendapatkan informasi tentang Ibu Marni dari media sosial, dan kami sepakat bersama sahabat-sahabat di grup untuk menyalurkan bantuan. Sumber dananya berasal dari hasil open donasi yang dilakukan di jalan. Alhamdulillah, banyak yang merespon dan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya bagi yang membutuhkan,” ujar Masril.
Ia mengatakan, Mandar Siamasei Sulawesi Barat (MSSB) Peduli merupakan komunitas sosial yang bergerak dalam berbagai kegiatan kemanusiaan dan sosial dengan sekitar 3.700 pengikut di Provinsi Sulawesi Barat dan 2.200 pengikut di Kabupaten Polewali Mandar. Tadas masril
Saat Penyaluaran bantuan dihadiri kepala dusun passembarang Arzad, bersama Ebid, keluarga Marni, mereka membenarkan bahwa Ibu Marni adalah warga Dusun Pasembarang yang kini tinggal di Dusun Baruga setelah kembali dari Pasangkayu setahun yang lalu bersama tiga orang anaknya.
Anak pertama bernama Abdul Marwan, yang kedua Mirawati, dan yang terakhir berumur sekitar 4 tahun.
‘’Kita lihat sendirimaki kondisinya pak, mereka tinggal di sebuah gubuk berukuran 2×2 meter dengan atap daun rumbia dan dinding belakang rumah dari daun kelapa, sedangkan sisi depan berdinding terpal bekas yang juga berfungsi sebagai pintu’’. kata Arzad kepada Tim MSSB
lebih lanjut Arzad menjelaskan, marwan pernah bersekolah di Pasangkayu dan saat itu sudah kelas 4 SD. Namun, kini Marwan dan Mirawati harus putus sekolah karena saat pindah ke Desa Batetangnga, kondisi ibunya sedang sakit sehingga tidak sempat meminta surat pindah.
Ibu Marni sudah setahun bertahan hidup dengan mengandalkan belas kasihan dari keluarga dan masyarakat sekitar. Kini, Ibu Marni bekerja sebagai penyadap nira aren, sedangkan Marwan bekerja sebagai penjaga ayam potong milik warga setempat. Jelas Arzad
Hari-hari yang dilalui oleh kedua anak yang malang ini harus bergelut dengan kerasnya kehidupan. Mereka tidak seberuntung dengan kebanyakan anak yang bisa bermain dengan teman-teman sebayanya. Namun, Marwan dan Mirawati berharap dapat bersekolah lagi seperti anak-anak lainnya yang bersenda gurau bersama teman-teman di sekolah.
Ebid keluarga marni mengukapkan bahwa mereka sudah melaporkan kondisi Ibu Marni ke kepala desa agar dimasukkan dalam daftar penerima bantuan BLT. Namun, jawaban dari kepala desa saat ini masih belum ada pendataan baru terkait bantuan tersebut. Pungkasnya
Kisah Marni dan anak-anaknya yang hidup dalam keterbatasan di tengah kebun dengan pondok berukuran 2×2 meter ini mencerminkan betapa perlunya perhatian dan bantuan bagi mereka yang kurang beruntung.
(Infosulbar.com/Mul)